About
Blogger news
Senin, 25 Februari 2013
Level Masalah = Tingkat Kedewasaan
Setiap makhluk hidup atau lebih tepatnya manusia yang hidup pasti menjumpai masalah. Masalah bisa sangat bermacam-macam dan berasal dari segala penjuru tergantung kondisi dari masing-masing individu. Dalam sebuah ungkapan menyebutkan bahwa masalah adalah sebuah keniscayaan, keniscayaan yang pasti datang dan menghampiri manusia, tidak pandang umur, gender, atau bahkan etnis budaya. Tapi tentu saja tingkatannya berbeda-beda. Seorang balita hanya paling hanya bermasalah pada popoknya atau saat susunya habis, berbeda dengan remaja yang mulai banyak menemui masalah pergaulan, atau orang tua yang masalahnya cukup kompleks. Meskipun demikian, masalah sebenarnya tidak bisa dihindari, karena saat kita menghindari satu masalah maka akan muncul masalah baru yang setingkat atau bahkan lebih berat. Jadi, masalah sebaiknya dihadapi, apapun konsekuensi yang didapatkan karena itu merupakan langkah pendewasaan.
Secara umum, kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh cara mereka menghadapi sebuah masalah. ada beberapa tipe orang berkaitan dengan cara mereka menjumpai dan menyelesaikan masalah yang mereke temui. Bermacam-macam tipe orang yang dijumpai dalam menghadapi masalah, secara tidak langsung merefleksikan tingkat kedewasaan seseorang. Adapun beberapa tipe tersebut adalah sebagai berikut :
1. Paranoid/ peace lover
Paranoid merupakan tingkatan terparah dalam kedewasaan yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut masih jauh dari kata dewasa. Paranoid sebenarnya berhubungan erat dengan traumatis, karena kebanyakan traumatis lah yang menyebabkan seseorang menjadi paranoid. Namun ada juga yang memang punya sifat paranoid sejak lahir. Orang yang paranoid cenderung memiliki sifat penakut, berusaha lari dari masalah, terlalu takut akan resiko dengan berkhayal-khayal tentang sesuatu yang besar yang akan terjadi. Parahnya orang seperti ini menganggap dirinya paling baik, menganggap dirinya orang paling terkenal, atau paling dewasa. Padahal semuanya hanya khayalan pribadi belaka. Orang seperti ini biasanya mencari kambing hitam atas sebuah permasalahan yang menimpa dirinya. Sehingga orang paranoid termasuk level kedewasaan yang paling rendah karena tidak mau menghadapi masalah atau biasa disebut peace lover yang erat kaitannya dengan plegmatis.
2. Galau-ers
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau didefinisikan sebagai “sibuk beramai-ramai, ramai sekali, atau kacau tidak keruan (untuk pikiran)”. Kata galau mendadak menjadi populer dan menjadi trensetter di kalangan pemuda, khususnya para ababil. Kata ini mendadak booming untuk menyebut kondisi hati atau pikiran yang lagi kalut, banyak masalah atau pekerjaan. Padahal dalam bahasa psikologi, galau adalah ketidakmampuan seseorang untuk mendefinisikan masalah. Kegalauan akan timbul dan melanda orang-orang yang cenderung ingin menghindari masalah. Mereka yang sedang galau akan cenderung mencari-cari alasan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya. Orang galau juga akan cenderung menyalahkan orang lain/mencari kambing hitam atas masalah yang menimpa dirinya. Parahnya, saat ini banyak sekali kaum galau yang membanjiri jejaring sosial. Sebuah penelitian psikologi menyebutkan bahwa facebook sekarang menjadi tempat berkeluh-kesah, sementara twitter menjadi tempat nggosip yang paling populer bagi kaum galau untuk mengalihkan kegalauannya. Jika kita amati lebih lanjut, faktanya memang demikian. Rata-rata status atau postingan generasi muda kita cukup miris, dimana sebagian besar berisikan hal-hal yang lebay, alay, atau jablay yang semuanya bersumber dari kegalauan. Orang-orang galau ini berada dalam tingkat kedewasaan terendah kedua karena mereka mendahulukan emosi hati dalam menyelesaikan masalah serta memandang masalah hanya dari satu sisi serta menjustifikasi masalah tanpa ada pemikiran yang rasional terlebih dahulu, padahal jika mereka memandang jauh lebih bijak di sisi yang lain, mereka akan menemukan banyak jalan dan solusi pemecahan masalaah, atau minimal masalah itu akan menjadi kelihatan lebih mudah.
3. Mandiri
Sering kita jumpai beberapa orang mencoba memecahkan masalah mereka secara mandiri, tidak ingin ada campur tangan orang lain. Orang-orang seperti ini akan berusaha memecahkan masalah dengan bekerja keras dan berfokus untuk menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Orang-orang seperti ini biasanya memiliki keyakinan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh akan memperoleh hasilnya (man jadda wa jada). Orang yang berada dalam tipe ini cenderung bersifat perfectionist atau berorientasi pada kesempurnaan.
Mereka punya semangat dan standar tinggi dalam memandang sesuatu hal. Orang seperti ini sudah mulai masuk dalam taraf kedewasaan pertama, dimana sudah memiliki semangat untuk hidup mandiri dan sudah berani menghadapi masalah untuk diselesaikan, bukan untuk dihindari. Meskipun demikian, juga terdapat kekurangan dari memelihara sifat seperti ini, utamanya jika terlalu mandiri.
Orang yang terlalu mandiri butuh kapabilitas yang tinggi, karena mereka akan merasa kesulitan jika ada banyak masalah yang datang secara bersamaan. Selain itu, saat mereka telah menyelesaikan suatu masalah akan cenderung merasa sombong atau terlalu percaya diri. Parahnya, jika mereka belum dapat menyelesaikan masalah dalam waktu lama padahal sudah berusaha keras, akan berpotensi jenuh jika tidak dibarengi dengan rasa ikhlas. Yang lebih buruk adalah jika sampai menyalahkan kehendak Tuhan dengan mengatakan Tuhan tidak adil, atau merasa tidak terima dengan banyaknya masalah yang menimpa dirinya.
4. Supel
Terkadang kita akan sangat kesulitan dalam memecahkan masalah secara sendirian, oleh karena itu diperlukan bantuan orang lain untuk ikut menyelesaikan. Di sinilah penting atau gunanya teman yang ada di saat kita membutuhkan. Orang-orang yang supel, gaul, dan banyak teman cenderung tidak mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena disekelilingnya banyak orang yang bersedia membantu, kecuali untuk faktor masalah yang sangat pribadi yang biasanya disimpan untuk diri sendiri. Oleh karenanya, orang-orang seperti ini cenderung kelihatan tanpa beban, selalu ceria, dan seakan tanpa masalah. Orang yang berada dalam tipe ini sudah bisa dikatakan dewasa karena mereka sudah bisa mengatur masalahnya dengan di-outsource-kan ke orang lain. Mereka sudah bisa mencari sudut pandang atau jalan lain untuk memecahkan masalahnya. Namun yang menjadi kekurangan adalah karena terlalu sering meminta bantuan orang lain, maka ada kemungkinan kapabilitas individunya diragukan saat harus menyelesaikan masalah secara sendirian.
5. Sang Manajer
Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang luas dan mampu memandang masalah dari berbagai segi untuk memecahkannya. Orang yang berjiwa manajer biasanya disebut orang yang bijak yang mampu mengatur proporsi kapan dan seberapa besar masalah yang mampu dia hadapi dan kapan dia harus meminta bantuan orang lain. Oleh karena itu, tak heran jika biasanya orang seperti ini mampu menengahi permasalahan antara dua belah pihak, sehingga dia dianggap dewasa dan ditokohkan di dalam komunitasnya. Orang-orang dalam taraf ini biasanya menghadapi masalah yang cukup kompleks, namun mereka selalu berusaha optimal baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain untuk dikombinasikan sehingga mendapatkan formula yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Meskipun demikian, dibalik segala kelebihannya, ada potensi kekurangan yang bisa timbul untuk orang-orang seperti ini jika tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang baik. Karena dengan penokohan dan prinsip yang dia miliki, akan ada potensi dia menjadi seorang diktator atau menjadi orang yang dengan mudah melawan hal-hal yang bertentangan dengan prinsipnya.
6. Muslim Sejati
Golongan inilah yang dapat dikatakan sebagai seorang yang memiliki tingkat kedewasaan tertinggi. Mereka mampu mengkombinasikan segala sumber daya yang mereka miliki serta memiliki kapabilitas agama yang mumpuni untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, sudut pandang, dan usaha. orang-orang seperti ini sudah memahami bahwa segala permasalahan hidup datangnya dari Allah SWT. Sehingga cara yang paling ampuh untuk mengatasi masalah adalah dengan meminta bantuan kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran pun Allah telah memberitahukan rumusan untuk memecah segala persoalan pelik yang menimpa kita: “Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadanya dengan sepenuh hati. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.” (Q.S. Muzzammil: 8-9). Artinya, tugas kita saat tertimpa masalah bukanlah dengan menggunakan kekuatan kita untuk menyelesaikannya, bukan pula dengan menggunakan kepandaian kita untuk membereskannya, melainkan dengan terlebih dahulu menjadikan ibadah kita sebagai senjata untuk menghadapi masalah apapun! Yakinlah bahwa satu-satunya tugas kita di dunia ini hanyalah untuk beribadah pada-Nya. Sehingga, setiap masalah yang datang menimpa kita sebenarnya akan selesai dengan kehendak-Nya, asalkan kita sepenuh hati beribadah saja. Definisi beribadah sendiri cukup luas. Intinya beribadah adalah berusaha dan bekerja atau melakukan aktivitas yang diniatkan untuk memperoleh Ridha Allah SWT.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar